Kamis, 09 Agustus 2012

Senyum buat Sahabat Kita ‘Omen’


Omen begitu dia dipanggil saat pertama kali kami bertemu pada acara bakti sosial Srikandi FJ yang pertama, Omen adalah salah satu anggota komunitas pecinta kereta api(PKA) yang membantu kami dalam pembagian susu di Stasiun Jatinegara kala itu. Dan siang itu, saat  srikandi FJ sedang menyiapkan ‘amunisi’ untuk baksos korban banjir di Padang, kami mendapat kabar bahwa Omen terkena musibah, rumahnya terbakar, yang tersisa hanya baju di badan. Maka kami tak berfikir panjang langsung mengikuti teman-teman PKA untuk berkunjung ke tempat kejadian, menjenguk Omen, sahabat kami itu.

Rumah Omen kini
Tiba di TKP, wangi hangus yang melangit di sekitar lokasi, terlihat tenda-tenda darurat didirikan, di dalam tenda-tenda itulah keluarga Omen tinggal saat ini. Sehangat Omen menyambut kami, begitupun keluarganya, tak peduli mengenal kita atau tidak, tanpa diminta, cerita tentang peristiwa itu meluncur deras dari Ibu Omen, berawal dari sebuah tiang listrik kini daerah yang kurang lebih hanya seluas 5x5 meter itu tinggal puing, menghanguskan sekitar 150 rumah, terbayang bukan betapa padatnya pemukiman tersebut, maka tak butuh waktu berjam-jam, hanya dalam jangka waktu kurang dari 20 menit Omen kehilangan rumahnya, rumah satu-satunya, tak ada yang dapat diselamatkan, hanya diri sendiri. Maka tak ayal kini mereka tinggal dengan keterbatasan di tenda itu, kasurnya kini hanya tanah diselimuti terpal, langit-langitnya langsung tenda, selimutnya adalah angin malam, bantalnya adalah tumpukan kardus yang bisa dibawa.


Tentang Omen dan Sahabat Kami-Pecinta Kereta Api
Hitam dan sunyi, itu yang kami lihat saat Omen mengajak kami ke TKP, “Ini rumah Omen dulu kak,” Ujarnya sambil menunjukan satu persatu tata letak rumahnya sebelum tinggal tanah itu. Ringan, omen bercerita masih dengan selingan tawa, bahkan ia masih sempat bergaya, berfoto. Tak ada wajah haru, memang hal itu tak perlu diperlihatkan, Omen dan sahabat-sahabat Kereta Api lainnya seperti sepakat untuk menenggelamkan semua itu, berusaha bangkit.
Omen, usianya baru 17 tahun, tapi ia terpaksa menjadi kepala keluarga, ayahnya telah meninggal, kini ia harus membanting tulang demi ketiga adiknya yang masih kecil, maka Omen terpaksa putus sekolah sejak SD, untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan sekolah adik-adiknya. Ia tak pernah memilih cerita hidup seperti ini, memilukan.
Maka komunitas pecinta kereta api menjadi ruang yang hangat baginya, untuk selalu tertawa,  mereka adalah kumpulan yang humoris, kompak dan hangat, tapi meskipun beberapa mereka berasal dari jalanan jangan berfikir mereka memiliki sikap yang urakan, mereka justru sangat santun, Abi salah satunya, orang pertama yang mengenalkan kami dengan pecinta kereta api ini, darinya kami dapat mengetahui kehidupan sepanjang rel kereta api itu.
Uniknya pertemuan srikandi dan abi berawal dari agenda rapat yang diadakan di bilangan Setiabudi, di stasiun kereta sudirman, saat srikandi mulai bangkit untuk mulai mengambil peran mengenalkan ekonomi Islam di tataran bawah, maka dari Abi dan Pecinta Kereta Api srikandi mulai memposisikan diri untuk menjadikan ekonomi Islam sebagai solusi bagi dunia, sekecil apapun, walau hanya sekedar segaris senyum buat seorang Omen.

*jika kawan-kawan Omen yang belum/tidak begitu memahami ekonomi Islam dan hanya tergerak atas nama persahabatn saja bisa melakukan ‘sesuatu’ untuk ekonomi di kelas mikro, ayooooooooo jangan mau kalah ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar